http://persakmita.blogspot.co.id/

http://persakmita.blogspot.co.id/
Home » , » Memilih menteri kesehatan

Memilih menteri kesehatan

JAKARTA – Memilih menteri kesehatan (menkes) ternyata tidak mudah seperti yang dibayangkan.


Banyak pertimbangan--dan sebagian politis--sampai akhirnya muncul nama Dr Endang Rahayu Sedyaningsih Mamahit untuk menggantikan Menkes Dr Siti Fadilah Supari.

Salah seorang yang terlibat dalam proses mencari kandidat ini adalah Prof Dr Fir­man Lubis, guru besar Kedok­teran Komunitas di Fakultas Kedokteran Universitas Indo­nesia (FKUI), yang juga Ketua Koalisi untuk Indonesia Sehat.
Prof Dr Firman Lubis bersama-sama mantan Ketua Umum Ikatan Dokter Indo­nesia (IDI) dr Kartono Moha­mad berburu kandidat menkes itu pada Selasa (20/10) malam setelah mendengar bah­wa Prof Dr Nila Moeloek gugur dalam pencalonan sebagai anggota Kabinet Indonesia Bersatu II.
“Saya ditemui timnya Pak Boediono pada Selasa malam untuk mencari kandidat men­kes lain,” ujar Firman ketika dihubungi SH melalui telepon, Kamis (22/10) pagi.
Syarat yang diajukan ada­lah harus perempuan, asal Ma­luku (karena Susilo Bambang Yudhoyono pernah menjanji­kan akan ada orang Maluku di Kabinet bila terpilih kembali), bukan menkes yang lama, dan seorang dokter yang terjun di bidang kesehatan masyarakat, serta muda.
“Orang itu harus mampu mengadakan reformasi di sektor kesehatan dan terutama da­pat mencapai berbagai sa­saran pembangunan milenium (MDGs) khususnya penurunan angka kematian ibu dan bayi,” jelasnya.
Dari penelusuran daftar dokter-dokter yang bisa me­me­nuhi sebagian kriteria itu, muncullah nama Dr Endang Rahayu Sedyaningsih Mama­hit. “Dia orang Departemen Kesehatan (Depkes), latar belakangnya kesehatan ma­sya­rakat, pendidikan akademisnya juga sangat baik dari Harvard of Public Health,” jelas Firman.


Reformasi Kesehatan

Dalam jumpa pers Kamis pagi di rumahnya, di kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur, Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih berjanji akan mempercepat pencapaian target Tujuan Pembangunan Millennium (Millennium Development Goals/MDGs) bidang kesehatan.
"Sekarang ini capaiannya sudah ada kemajuan. Akan dilakukan percepatan supaya target bisa tercapai, dan kalau bisa melampaui target yang ditetapkan," katanya. Menurut dia, pemerintah masih harus bekerja keras untuk mencapai target MDGs bidang kesehatan, di antaranya menurunkan tiga perempat angka kematian ibu dan dua per tiga kematian bayi 1990-an pada 2015 mendatang.
Angka kekurangan gizi pada balita dan ibu hamil serta penularan penyakit juga harus diturunkan, sementara akses terhadap air bersih dan sanitasi ditingkatkan.
Endang akan melakukan reformasi pada sektor ­kesehatan dan memulainya dengan memastikan ­penerapan ­pengelolaan ­pemerintahan yang baik di departemen yang mulai saat ini dia pimpin.

Ia menjelaskan, reformasi yang dimaksud bukan berarti meninggalkan program yang sudah dijalankan dan menggantinya dengan program baru.
"Semua program yang sudah dijalankan pastinya bertujuan baik. Program-program yang sudah bagus dan pro rakyat akan dilanjutkan, termasuk Jamkesmas," katanya.
Meski demikian, dia menekankan, kebijakan dan program kesehatan lima tahun mendatang akan lebih banyak berorientasi pada upaya promotif dan preventif, dan promotif pada perubahan perilaku. Penanaman perilaku hidup sehat akan dilakukan sedini mungkin, mulai pada anak-anak sekolah. Tentu ini akan dilakukan bekerja sama dengan Departemen Pendidikan Nasional," katanya.
Endang lulus FKUI tahun 1979, memang mendapatkan master dan doktor dari Harvard of Public Health. Saat ini dia direktur pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi Depkes.


Berusia Muda

Ketika ditanya mengapa menampilkan seorang pejabat yang masih eselon II untuk naik pangkat ke posisi menteri, Firman menjelaskan: “SBY mau orang yang muda. Dia kan juga sudah 54 tahun, jadi sebenarnya tidak yunior juga.”
Dan mengenai tudingan bahwa Dr Endang adalah agen Amerika karena aktif terlibat dalam berbagai penelitian dengan Namru (Naval Medical Research Unit) milik angkatan laut AS, Firman membantah hal itu.
“Ah, itu kan yang ditiup-tiupkan oleh kelompok lama, kan Litbang Depkes adalah pihak yang banyak terlibat dalam kerja sama penelitian dengan Namru, apalagi dia ahli virus, juga lulusan Amerika, jadi enak untuk dituding seperti itu. Saya kira beliau tidak demikianlah,” ujar Firman.
Kenapa hanya mencari di lingkungan Fakultas Kedokteran UI dan Depkes, dan tidak mencari ke daerah-daerah lain di Indonesia, khususnya Maluku? “Waktunya mepet, kami baru diminta bergerak pada Selasa malam, jadi tidak mungkin mencari sampai kemana-mana,” katanya.
Dr Endang baru dipanggil audisi ke Cikeas pada Rabu siang, dan pada malam harinya namanya diumumkan menjadi menkes menggantikan Dr Siti Fadilah Supari, yang pernah menurunkan pangkatnya di Depkes atas dugaan mengirim virus flu burung ke Amerika Serikat.
Ketika ditanya apakah ada peran lobi tembakau sehingga Dr Nila Moeloek gugur dari pencalonan menteri kesehatan, Prof Dr Firman tidak berani berspekulasi. “Saya juga mendengar hal itu, dan bisa saja itu terjadi apalagi pabrik tembakau juga banyak mendukung dana kampanye, tetapi saya tidak tahu persis,” katanya. (kristanto hartadi/antara)

Sumber: Sinar Harapan


Image

0 comments:

Post a Comment